Tanaman Dapat Melihat dan Mencium Tanaman Dapat Melihat dan Mencium

Kamis, 13 September 2012



alt

Buku baru Daniel Chamovitz ini menjelaskan bagaimana tanaman memiliki indra mirip manusia. (Tel Aviv University)

Pakar genetika tanaman Israel, Daniel Chamovitz yakin tanaman mirip dengan manusia dari apa yang sebelumnya diperkirakan dan bahkan memiliki indera serupa.
Chamovitz adalah Direktur Pusat Biosciences Tanaman, Universitas Tel Aviv dan telah menulis sebuah buku baru berjudul What a Plant Knows,untuk melengkapi temuannya, yang dapat membawa kita memikirkan kembali apa yang kita ketahui tentang biologi dengan implikasi penelitian keamanan pangan dan penyakit manusia.
Selama meneliti bagaimana tanaman merespon cahaya, Chamovitz menemukan sekelompok gen yang memungkinkan tanaman untuk mengatakan apakah berada dalam keadaan terang atau gelap. Anehnya, gen ini kemudian diidentifikasi juga pada manusia dan hewan.
"Kelompok protein yang digunakan tanaman untuk memutuskan apakah berada dalam terang atau gelap juga digunakan oleh hewan dan manusia," kata Chamovitz dalam siaran pers. "Sebagai contoh, protein-protein mengontrol dua proses yang tampaknya terpisah."
"Pertama, mereka mengontrol irama sirkadian, jam biologis yang membantu tubuh kita tetap menjadwal 24-jam," jelasnya. "Kedua, mereka mengontrol sel-siklus yang berarti kita dapat mempelajari lebih lanjut tentang mutasi dalam gen penyebab kanker."
Menurut Chamovitz, tanaman "melihat" sinyal cahaya, termasuk warna, arah, dan intensitas, serta menggunakan informasi ini untuk menentukan respon perilaku, seperti membuka daun untuk menyerap nutrisi.
Tanaman juga menunjukkan indera penciuman. Misalnya, pemasakan buah melepaskan feromon yang buah mentah dapat deteksi, juga memicu pematangan buah.
Tanaman dan manusia memiliki protein lain dan gen sama, seperti gen yang menyebabkan kanker payudara. Oleh karena itu dapat digunakan menjadi sebuah bahan kajian biologis potensial, dan dapat digunakan sebagai pengganti hewan untuk penelitian beberapa penyakit manusia. (EpochTimes/sua)


0 komentar: